IKLAN

" width="1000" height="100" />" width="1000" height="100" />

Rabu, 01 Februari 2012


Kebohongan publik

Secara umum kebohongan publik diartikan sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya diungkapkan kepada publik. Definisi ini saya fahami dari berbagai informasi yang saya dapatkan. Definisi itu saya buat sendiri untuk kepentingan sendiri, karena saya sadar, saya bukan orang yang kompeten untuk mendefinisikan sesuatu. Saya kira banyak orang sudah faham apa yang dimaksud kebohongan publik. Lalu kenapa kebohongan publik terjadi terus dan untuk apa orang membuat kebohongan publik.
Dalam sebuah paparan tanggal 18 Januari 2012 di Kantor Wapres,  Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit Kerja Presiden bidang  Pengawasan & Pengendalian Pembangunan (UKP4), memberikan sebuah contoh tentang mudahnya orang menyatakan tentang kebohongan publik. Ketika seorang pejabat publik menyampaikan informasi capaian kerja suatu lembaga kepada publik, terutama kepada media, dan tiba-tiba seseorang mengatakan bahwa informasi itu bohong, maka yang kemudian muncul di media adalah berita tentang kebohongan publik yang dilakukan sipejabat. Yang diberitakan bukan informasi capaian kerja yang diungkapkan sipejabat, tapi omongan seseorang yang mengatakan bahwa sipejabat melakukan kebohongan di depan publik.
Di era sekarang ini, kejadian seperti diungkapkan diatas sering terjadi. Dalam suatu seminar misalnya, seorang anak muda yang penampilannya casual bahkan cenderung“kusut” dengan mudah membantah dan menolak pernyataan seorang menteri sekalipun dalam menyampaikan informasi. Si anak muda dengan nada yang tinggi bisa menyatakan bahwa sipejabat berbohong. Dalam situasi didepan publik seperti itu, sang pejabat tidak mungkin melakukan adu debat dengan sianak muda. Seperti yang sudah disebut diatas, bila itu terjadi, maka yang kemudian muncul dimedia adalah berita kebohongan publik yang dilakukan si pejabat.
Keterbukaan informasi memberi ruang yang sangat luas bagi siapa saja untuk mengemukakan pendapat. Berbagai pendapat yang berbeda sangat ekstrim pun bisa diungkapkan pada saat yang bersamaan. Atas nama keterbukaan informasi, seseorang bisa menentang informasi yang disampaikan oleh pihak lain, sebagaimana pada contoh diatas. Perdebatan bisa seperti antara bumi dengan langit jauhnya. Perbedaan pandangan yang tajam cenderung membuat pihak-pihak yang berbeda pendapat cenderung semakin kuat mempertahankan pendapatnya. Pada akhirnya perdebatan tidak menghasilkan apa-apa meski telah menguras enerji yang cukup besar. Dan kebanyakan perdebatan berkepanjangan tidak mempunyai manfaat terhadap persoalan yang diperdebatkan.
Kebohongan publik bisa menjadi komoditas pemberitaan yang menarik. Dari segi berita, tentu saja perbedaan pandangan yang ekstrim akan suatau informasi mempunyai nilai berita yang bagus. Pernyataan pendapat yang sangat ekstrim akan satu persoalan mengindikasikan adanya unsur-unsur kebohongan pada pihak-pihak yang berbeda pendapat. Dan bagi media itu wajib di-explore lebih jauh.
Tidak menutup kemungkinan memang ada sesuatu yang tidak sesuai fakta yang dikemukanan, sehingga disebut sebagai suatu kebohongan. Seorang pejabat publik untuk kepentingan pribadi dan kepentingan sesaat, memang secara sadar mengemukakan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya.  Demi tujuan tertentu, si pejabat berbohong, tidak menyatakan fakta yang sebenarnya dan secara sengaja menyembunyikan kebenaran.  Bahkan ada juga yang memutarbalikkan fakta. Tidak sedikit pejabat yang melakukan perbuatan seperti ini. Hal seperti ini sudah termasuk perbuatan kriminal, dan karenanya harus dibasmi.
Kebenaran tetap menjadi kebenaran meski dilihat dari berbagai sudut pandang. Kebenaran tidak bisa dimatikan, walau kadang bisa ditutupi dengan kebohongan. Sementara kebohongan tidak mungkin bisa bertahan lama meski ada orang yang bersusah payah untuk mempertahankannya.  Pada akhirnya tidak mungkin kebohongan menutupi kebenaran, kebohongan akan dikalahkan oleh kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar